Perilaku Kesantunan dalam Bahasa Bugis
oleh Gusnawaty
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin
email: gusnawaty@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) mengungkapkan penggunaan strategi kesantunan dalam bahasa Bugis berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan strategi kesantunan, baik yang ada pada masyarakat tutur Bone (MTB) maupun yang ada pada masyarakat tutur Sidrap (MTS) dan (2) mendeskripsikan penanda kesantunan linguistik antara MTB dan MTS.
Populasi penelitian ini adalah MTB dan MTS. Sampel terdiri atas 229 responden, yaitu 109 responden MTB dan 120 responden MTS. Pengumpulan data dilakukan melalui survey dan kuesioner untuk data kuantitatif dan melalui observasi dan perekaman untuk data kualitatif. Data kualitatif dianalisis dengan uji statistik melalui run test (uji kerandoman) , uji regresi logistik, dan tabulasi silang. Data kualitatif dideskripsikan secara kualitatif dengan pendekatan sosiopragmatik.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi kesantunan berkomunikasi antara MTB dan MTS memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaan (1) MTB dan MTS sama-sama dominan
menggunakan STT ketika berada dalam situasi +K, +S, dan –P, (2) MTB dan MTS
sama-sama menggunakan strategi kesantunan tertentu pada situasi sosial –K, -S, dan +P. Perbedaan, MTB dominan menggunakan
strategi kesantunan SDM pada situasi sosial –K, -S, dan +P, sedangkan pada MTS
dominan menggunakan strategi kesantunan SKN pada situasi sosial tersebut.
Temuan lain, penanda kesantunan linguistik antara MTB dan MTS pada level
klitika (ko-, mu-, -mu, -ki, ta-, -ta,-na, dan -ku) tidak memiliki perbedaan.
Perbedaannya hanya terletak pada konteks situasi pemakaian. Pada level pola
sapa (penghormatan) MTB masih menggunakan tiga level pola. Pola 1 (paling
berjarak), pola 2 (berjarak), dan pola 3 (agak berjarak). Namun, pada MTS pola
sapa hanya dua level, yaitu pola 2 dan pola 3. Perbedaan lain, dalam hal
penggunaan partikel penekan (daya) dan penajam oleh MTS.